KISAH TENTANG RUMAH
Semua rumah, juga rumah kita, pastilah mempunyai kisah. Sebagian kisahnya—bahan-bahannya, arsitekturnya, pembangunannya—mungkin ditulis oleh orang lain. Tetapi, kisah-kisah yang terpenting—bagaimana kita berelasi dengan istri, suami, anak-anak, orang tua, mertua, pembantu, tetangga—kita sendirilah yang menulisnya.
Umat Tuhan segera memasuki “rumah baru” mereka: Kanaan. Di “rumah baru” itu, umat Tuhan harus menuliskan sendiri kisah-kisah mereka. Pada saat yang menentukan itulah, Yosua mengingatkan, “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” (Yosua 24:15). Sangat jelas, pilihan tersebut mutlak menentukan kisah macam apa yang akan mereka tulis.
Kita semua juga telah dan masih akan terus menuliskan kisah rumah kita. Itu tak mungkin dihindari. Pertanyaannya: kisah-kisah apa yang kita pilih untuk kita tulis? Kisah memilukan yang membuat pembacanya terhanyut berurai air mata? Kisah egois yang membuat sesama yang melihat mengernyitkan kening atau mengertakkan gigi?
Betapa indah seandainya yang kita tuliskan adalah kisah mesra penuh cinta saling menopang saling menguatkan. Kisah yang membuat orang turut merasakan keindahan dan kehangatan.—EE
SEBUAH RUMAH AKAN MELAHIRKAN KISAH-KISAH INDAH
KALA PARA PENGHUNI MEMBANGUNNYA DENGAN HATI PENUH CINTA
KALA PARA PENGHUNI MEMBANGUNNYA DENGAN HATI PENUH CINTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar