15 Agustus 2016

KEHENDAK TERBAIK

Baca: Markus 14:32-36

Ambillah cawan ini dari hadapan-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki. (Markus 14:36)

Getsemani berarti “tempat pemerasan minyak”. Di taman itu Yesus menghadapi tantangan paling sulit dalam hidup-Nya; seolah-olah diperas habis untuk mendapatkan minyak yang murni. Dia merasa “sangat takut dan gentar” (ay. 33), menyiratkan kepedihan yang teramat menyakitkan. Di tengah kesesakan itu, Yesus merebahkan diri-Nya ke tanah. Yang dimaksud dengan “merebahkan diri” adalah seakan-akan terjatuh dengan kedua lutut terhempas lebih dahulu ke tanah. Ralph Earle, dalam Beacon Bible Commentary, mengartikan kalimat ini dengan, ”berjalan seperti terhuyung-huyung, tersandung, dan terjatuh, kemudian larut dalam kesedihan dan ketakutan jiwa-Nya.”
Langkah selanjutnya yang Yesus lakukan adalah berdoa. Yesus tahu kepada siapa Dia patut berdoa, yaitu kepada Bapa-Nya. Dia sangat mengenal dan percaya bahwa kuasa Bapa-Nya akan sanggup menolong-Nya. Sebagai manusia sejati, Yesus sangat takut dan gentar menghadapi kematian-Nya yang mendekat sehingga Dia berharap agar diri-Nya dijauhkan dari kematian. Tapi, iman-Nya tidaklah tergantung pada hasil doa-Nya. Iman-Nya diwujudkan melalui ketaatan dan penyerahan total-Nya pada kehendak Bapa-Nya.

Yesus taat agar kehendak Bapalah yang dimuliakan atas hidup-Nya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mau taat melakukan kehendak Bapa meskipun kehendak-Nya kadang-kadang tidak sama dengan kehendak kita? Apakah kita akan tetap taat pada kehendak-Nya walaupun kehendak-Nya membawa kita pada suatu ujian iman?—
WUJUDKAN IMAN KITA MELALUI KETAATAN TOTAL
KEPADA KEHENDAK TUHAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar